Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi
operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan teori
tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.Contoh : yaitu sebuah
sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya
listrik untuk beroperasi.
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya
pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme.
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai
premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya :
“Semua orang akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang
(premis minor). Oleh karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati”
(kesimpulan). Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke
yang khusus, dari yang abstrak ke yang konkrit, dari teori ke
fakta-fakta.
Ada 2 cara dalam penarikan simpulan dalam penalaran deduktif, yaitu penarikan langsung dan penarikan tidak langsung.
1. Penarikan simpulan langsung
Penarikan simpulan langsung diperoleh dari satu premis untuk menghasilkan pernyataan – pernyataan baru.
Contoh :
Penarikan simpulan tidak langsung memerlukan 2 premis. Premis yang pertama bersifat umum, sedangkan yang kedua bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung terdapat 2 bagian, yaitu silogisme dan entimem.
Ada 2 cara dalam penarikan simpulan dalam penalaran deduktif, yaitu penarikan langsung dan penarikan tidak langsung.
1. Penarikan simpulan langsung
Penarikan simpulan langsung diperoleh dari satu premis untuk menghasilkan pernyataan – pernyataan baru.
Contoh :
- Semua makhluk hidup akan mati.
- Semua yang akan mati adalah makhluk hidup.
Penarikan simpulan tidak langsung memerlukan 2 premis. Premis yang pertama bersifat umum, sedangkan yang kedua bersifat khusus. Penarikan simpulan tidak langsung terdapat 2 bagian, yaitu silogisme dan entimem.
Faktor – faktor penalaran deduktif, antara lain :
- Terdapat pada kalimat utama Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
- Kebenarannya jelas dan nyata
Variabel pada penalaran deduktif :
1. Silogisme kategorial
2. Silogisme hipotesis
3. Silogisme Disyungtif
1. Silogisme Katagorial
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan
premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term).
- Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Katagorial
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
dimakan).
Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
1) Dari dua premis yang sama-sama negatit, tidak mendapat kesimpulan
apa pun, karena tidak ada mata rantai ya hubungkan kedua proposisi
premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya
positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak
sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah
dipertunjukk Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju Jadi:
Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
2) Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari
dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang
salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)
3) Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat
yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan lenjadi salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang- kan pada premis adalah positif)
4) Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun
premis minor. Bila term penengah bermakna mda kesimpulan menjadi lain,
seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu
yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor
berarti planet yang mengelilingi bumi).
5) Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, preidkat,
dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua
atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan komklsinya.
2. Silogisme Hipotetis
Silogisme Hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetis, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah
menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
- Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya
keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui
atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis
minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit
dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam
arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan
selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah).
- · ENTIMEN
Merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi
proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang
lain.
Entimen pada dasarnya adalah silogisme
Contoh :
Premis mayor (MY) : manusia mahluk rasional
Premis minor (MN) : kucing bukan manusia
Kesimpulan (K) : kucing tidak rasional
My : setiap manusia pernah lupa
Mn : mahasiswa adalah manusia
K : mahasiswa pernah lupa
Dapat diuraikan sebagai berikut :
o Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal
o Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan
o Strukturnya tetap : premis mayor, premis minor, kesimpulan
o Premis mayor beisi pernyataan umum
o Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor
o Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya
Nama : Igan Dwiyawan
NPM : 13210381
Kelas : 3EA19